Roda yang terus berputar, tanda masih ada hidup. Siapa yang tahu, kemana takdir Allah membawa kita? Berasal dari kota yang menjadi pintu barat Indonesia dari Samudera Hindia, Nova Susanti beserta ketiga anaknya yang sempat hampir putus sekolah kini melanjutkan cerita hidup di bumi Mojopahit.
“Saya sudah dua tahun di Mojokerto,” ujarnya kepada Lazismu Kabupaten Mojokerto.
Bukan tiba-tiba Nova berada di sini. Semua bermula saat suami yang belum lama menikahinya, terserang tumor hati dan berpulang setelah lima bulan dirawat di sebuah rumah sakit di Padang.
Menjadi single parent untuk anak-anak yang masa depannya masih panjang menjadi peran yang harus dilakoninya kini. Mojokerto menjadi kota pilihannya merantau dan melanjutkan hidup.
“Saya tiga bersaudara. Salah satu adik saya ada di Mojokerto. Saya memilih ke sini,” tuturnya.
Menjalani hidup di rumah kontrakan, mengasuh tiga anak, sambil mencari nafkah untuk kelangsungan hidup dan pendidikan buah hatinya ia jalani setiap hari. Bukan sebuah pekerjaan mudah, tentu saja. Terlebih, pandemi menjadikan semua aktivitas mencari nafkah terasa lebih sulit.
Apa saja ia lakukan asal mendapatkan upah yang halal. Mulai dari menjadi buruh setrika tetangga-tetangganya, hingga berjualan penganan ringan di depan rumah. “Tapi, sudah seminggu ini tidak jualan. Pandemi, semua sepi,” kisahnya saat Lazismu bertandang ke rumah kontrakannya di kecamatan Mojoanyar, Kamis (10/9) lalu.
Kasih sayang Allah seringkali ditampakkan melalui ujian yang berliku. Pertengahan tahun jelang kenaikan kelas, dua putri Ibu Nova, Ayu Dwiriva Leosa dan Chintia Srileosa terancam putus sekolah. Hampir saja keduanya pulang ke Padang sebab ada yang siap membiayai sekolahnya di sana.
Namun, tentu saja hal itu bukan menjadi pilihan terbaik. “Kembali ke Padang juga tentu butuh biaya tak sedikit. Saya di sana juga tidak punya pekerjaan,” tutur Nova.
Salah satu donatur Lazismu yang juga tetangganya, Bapak Moh. Tinggal, akhirnya mengetahui kisah ini. Kedua putri Ibu Nova ini lantas ditawari melanjutkan sekolah di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Kutorejo. Tak berpikir panjang, keduanya serempak mengangguk dengan senang hati.
“Ayu memang suka belajar agama. Pernah menjuarai lomba hafalan ayat saat di SD dulu. Kalau Cinta bagus dalam pergaulannya. Mereka senang sekolah di MBS. Tak pernah mengeluh bagaimanapun keadannya, sekalipun uang saku habis. Mereka diam, tidak menyusahkan,” kisah Nova haru.
Meski tak ada lagi yang membantu kesehariannya kini, namun Nova bersyukur, kedua putrinya bisa tetap melanjutkan sekolah. Dengan dukungan para donatur Lazismu membantu mereka agar tidak putus sekolahnya. (Lazismu Mojokerto)
[divider]
Salurkan Zakat, Infa dan Sedekah anda melalui Lazismu Kabupaten Mojokerto..
Rekening Bank
Jeniz ZIS | Bank | Norek | Nama Rek |
ZAKAT | BSM | 99398 1 24 00 0 00000 | Zakat LAZISMU Kab Mojokerto |
BMI | 76630 1 24 00 0 00000 | Zakat LAZISMU Kab Mojokerto | |
INFAQ & SHODAQOH | BSM | 99398 2 24 00 0 00000 | Infaq LAZISMU Kab Mojokerto |
BMI | 76640 2 24 00 0 00000 | Infaq LAZISMU Kab Mojokerto | |
KEMANUSIAAN | BSM | 99398 3 24 00 0 00000 | Humanity LAZISMU Kab Mojokerto |
BMI | 76650 3 24 00 0 00000 | Humanity LAZISMU Kab Mojokerto |
[divider]
http://lazismumojokerto.org/kisah-ayu-dan-chintia-yang-hampir-putus-sekolah/#page-content